Dalam kenyataan,
ayah Onassis adalah seorang pedagang grosir yang berkecukupan dan mempunyai
nama sebab ia juga menjabat presiden sebuah bank dan rumah sakit
setempat. Namun Onassis bukan ahli waris kekayaan ayahnya, dan ia menjadi kaya
karena kekayaan keluarganya. Seperti yang akan kita lihat, ia pergi ke Amerika
Serikat ketika terjadi pertikaian keluarga selagi ia berumur 17 tahun. Ia
membawa bekal $450 dalam sakunya, itu pun hanya $250 adalah uang dari
keluarganya. Ayahnya dengan enggan memberikan uang sebanyak itu yang baru
diberikan pada saat akan terpisah, sebab ia tidak setuju dengan kepergiannya.
Ayah dan anak memang tidak pernah akrab, suatu hal yang aneh di antara keluarga
Yunani di tanah air. Ayah Onassis yang dibesarkan pada sebuah pertanian dengan
susah payah mengumpulkan kekayaan.
Wataknya sangat
disiplin dan keras. Walaupun selalu sadar akan rasa tanggung-jawab, ia bukanlah
seorang yang dapat disebut hangat dan menarik.
Segera Onassis
memberontak terhadap setiap bentuk disiplin. Sejak anak sampai remaja ia banyak
menimbulkan keributan dan geger, duri di mata ayahnya. Hubungan mereka
bertambah rumit lagi karena suatu kenyataan lain. Ibunya, Penelope, meninggal
ketika Onassis baru berumur enam tahun. Hanya 18 bulan sesudah itu ayahnya
menikah lagi dengan seorang wanita bernama Helen. Onassis memandang ibu tirinya
sebagai orang lain yang menyelundup, dan karenanya wanita ini
tidak mendapat tempat sedikit pun di hatinya.
Di sekolah, ia
bodoh dan suka mencari perkara, mengikuti contoh banyak orang kaya. Tidak aneh
kalau ia diusir dari beberapa sekolah. Ia paling sering menduduki ranking
terbawah di kelasnya. Salah seorang gurunya berkata:
Teman-teman
sekelas memuja dia, tetapi gara guru dan keluarganya berputus asa. Selagi ia
masih muda, dengan mudah orang dapat melihat bahwa dia akan menjadi seorang di
antara mereka yang akan menghancurkan diri sama sekali atau sukses secara gilang-gemilang.
Walaupun raport
Ari di sekolah jauh dari bagus, bakatnya untuk berdagang dan mencari uang telah
tampak sejak dini. Mungkin anekdot berikut dapat menerangkan. Salah seorang
temannya yang telah merancang sebuah kitiran kecil, sebuah mainan sederhana
yang terdiri atas baling-baling kertas berpasak jarum yang ditancapkan pada
sepotong kayu. Bangga atas prestasinya, anak itu dengan berani membuat beberapa
buah dan mencoba menjualnya.
“Mau kau jual
berapa kitiranmu ini?” tanya Onassis. “Eh…saya tidak tahu. Bagaimana kalau
seharga jarum .
“Dasar bodoh!”
bentak Onasiss. “Kau minta satu jarum sedang yang kau jual satu jarum, tambah
baling-baling, tambah kayu, belum lagi kau hitung waktu yang kau perlukan
untuk membuatnya.”
Teman Onassis
mengambil kesimpulan: “Inilah pelajaran saya yang pertama tentang arti
keuntungan.” Pada waktu itu tidak terpikir olehnya bahwa ia sedang mendengarkan
pelajaran dari seorang jago uang masa mendatang. Sebuah kisah lain
menggambarkan bakat bisnis Onasis pada masa mudanya. Pada suatu hari, suatu
kebakaran terjadi di gudang sekolah di kota tempat kelahirannya. Onasiss
membeli seonggok pinsil bekas kebakaran itu dengan harga murah. Ia menanamkan
sedikit modal dengan membeli dua ala peruncing pinsil. Ia, berdua dengan
temannya, mulai membersihkan bagian-bagian pinsil yang hangus. Kemudian ia
menjual pinsil-pinsil itu kembali kepada teman-teman di sekolah dengan harga
sangat murah, namun tetap memberikan untung cukup besar. Mungkin contoh ini
biasa-biasa saja, tetapi justru pekerjaan seperti inilah kelak bisnis besar
Onassis. Ia memperbaiki kapal-kapal laut yang rusak dan membuatnya layak
melaut, dan menjualnya dengan harga yang jauh lebih tinggi, tentu saja. Di
sekolah, waktu berjalan terus, tetapi Onassis tidak bertambah maju. Tahun 1922
mulai tidak menyenangkan. Banyak teman sekelasnya pergi untuk menuntut ilmu di
universitas-universitas besar di Eropa. Tetapi Onassis sendiri tidak lulus. Masa
depan tampak suram baginya. Beberapa hari setelah upacara penyerahan ijazah,
salah seorang temannya melihat Onassis berjalan tanpa tujuan di taman kota. Ia
mencoba menghibur hati Onassis.
“Jangan khawatir,
Aristotle, kau lihat nanti, semua akan beres. Kau coba sekali lagi tahun depan.
Kau pasti lulus. “Goblok,” jawab Onassis. “Kau kira saya akan tinggal saja
selamanya di sini? Dunia ini sempit. Saya tidak perlu ijazah. Pada suatu hari
kau akan heran akan apa yang saya lakukan.” Waktu membuktikan bahwa omongan
Onasis bukanlah lelucon belaka.
Pada tahun 1922,
invasi Turki menimbulkan bayangan gelap pada masa remaja Onassis yang penuh
gejolak. Smyrnba diduduki dan warga kota dibabat habis tanpa belas kasih. Ayah
Onassis, seorang tokoh yang terkenal luas, dipenjarakan dan Ari menjadi kepala
rumah tangga pada usia 16 tahun. Ini masa yang sulit baginya. Dan pada masa ini
ia menerapkan kehebatannya sebagai diplomat dan kemampuannya untuk bertahan
dalam keadaan apa pun. Masa yang sulit ini justru merupakan pengalaman yang
tepat untuk membentuk wataknya. Sesudah malapetaka Smyrna berlalu, Ari adalah Ari
yang lain dari sebelumnya. Segala sesuatu yang dialaminya tidak pernah hilang
dari ingatannya; kenangan-kenangan itu disertai suatu kesadaran akan kemampuannya
untuk bertahan. Ia telah mempertaruhkan diri dan menang. Dewi fortuna memihak
pada kaum yang berani dan ia pusatkan visinya tentang dunia atas pengetahuan
tersebut.
Onasis yang
memetik manfaat dari pendudukan Turki untuk berbisnis. Ia menyelundupkan
minuman keras ke Tentara Turki, dengan maksud merebut hati para jenderal agar
mau membebaskan ayahnya, yang bagaimana pun harus meringkuk dalam penjara
selama setahun.
Sukses Onassis
sangat tergantung pada daya tarik pribadi dan kemampuannya mengadakan hubungan
dengan umum. Beberapa orang sebayanya menyebut dia si bunglon. Memang ia pandai
sekali menyesuaikan diri dengan semua orang yang dijumpainya. Pada umumnya,
kalau kita membuat apa-apa menjadi mudah bagi orang lain, mereka akan
bersimpati kepada kita, demikian pendapat Onassis.Pernah Onassis mengaku kepada
Winston Churchill salah seorang kenalannya yang berjabatan tinggi, yang pada
waktu itu sedang menjadi tamu di atas, kapalnya Christina, mengenai teori
pribadinya tentang “keharusan sejarah” yang tercipta pada masa sulit.
Pengalamannya telah mengajar dia bahwa bila alam memberikan suasana yang cocok dan
makanan berlimpah, ia tidak mempunyai banyak energi dan kurang berinisiatif.
Sebaliknya, orang yang didesak-desak “minggu” dan harus berjuang
keras untuk tetap bertahan, dalam keadaan sulit akan lebih mungkin mampu
menyesuaikan diri dengan segala keadaan. Dengan demikian ia akan tetap berhasil
selagi orang lain mati karena adanya rancangan untuk bertahan. Demikianlah,
menurut Onassis, kesulitan dan kemelaratan sering kali mendorong orang untuk
menemukan sumber dayanya sendiri, yang tak diduga adanya sebelumnya, dan dengan
demikian membuat dia maju dengan mendobrak hambatan dan keterbatasan
pribadinya. Kisah hidup Onassis adalah sebuah gambaran yang baik sekali tentang
prinsip tersebut. Socrates, ayah Onassis, tidak mau mengakui jasa anaknya dalam
peranan yang dimainkannya selama masa pendudukan, dan tidak membiarkan dia
meneruskan peranannya sebagai penanggung jawab keluarga. Onassis sangat sakit
sekali karena perlakuan ayahnya ini dan, menurut pengakuannya, sampai
berbulan-bulan sesudah itu sering kali dilanda rasa marah yang tanpa daya.
Sikap ayahnya tak berterima kasih dan berkesan disingkirkan dari keluarganya
memotivasi keputusannya untuk mencoba keberuntungannya di Amerika Selatan.
Mula-mula, tentu saja ia berpikir untuk pergi ke Amerika Serikat, tetapi
mendapatkan visa tidaklah mudah. Onassis mengalihkan perhatiannya ke Argentina:
ia mendengar berita bahwa banyak orang Yunani sudah menjadi kaya di sana.
Onassis mendarat
di Buenos Aires pada tanggal 21 September 1923. Bawaannya sebuah koper tua dan
uang sebanyak $450. Tetapi di dalam dirinya ia membawa bekal yang lebih
berharga: tekad keras untuk membuktikan kepada ayahnya bahwa ia mampu menjadi
kaya tanpa bantuan ayahnya. Rasa percaya diri ini akan dibawanya sepanjang
hayatnya.
Tanpa diploma,
tanpa pekerjaan, uang dan koneksi orang berpengaruh, Onassis terpaksa mulai
dengan melakukan aneka pekerjaan kasar. Ia menjadi kenek tukang batu, kuli
pengangkut bata pada suatu proyek pembangunan, tukang cuci piring di restoran,
dan akhirnya menjadi magang instalator listrik di River Plate United Telepchone
Co. Bagi seseorang dengan ego yang sehat seperti dia, ini bukan prestasi yang
pantas.
Beberapa bulan
sesudah memulai pekerjaan ini, Onassis minta dipindah ke giliran malam, dengan
dalih bahwa ia harus mengerjakan beberapa hal di siang hari. Dengan ambisinya
yang besar, Onassis tidak berniat menghabiskan banyak waktu untuk belajar
menyolder kabel. Pada masa itu, tembakau Yunani terkenal baik, bahkan
diklasifikasikan di antara tembakau-tembakau paling enak oleh para ahli. Namun,
karena masalah pengimporan dan penyediaan, barang ini menjadi sukar didapat.
Onassis menulis kepada ayahnya minta kiriman. Socrates setuju dan
mengapalkan kiriman pertama sebagai sampel. Mula-mula hasilnya tidak
menggembirakan. Onassis membawa sampelnya ke beberapa pabrik, dan minta agar ia
dihubungi.
Beberapa minggu
berlalu tanpa berita. Kini Onassis mengerti bahwa seharusnya tidak
membuang-buang waktu dengan mendatangi pabrik-pabrik kecil, tetapi harus datang
ke yang besar sekalian. Untuk itu ia harus menemui Juan Gaona, kepada salah
satu firma tembakau terbesar di Argentina. Selama 15 hari berturut-turut,
Onassis tampak bersandar pada dinding gedung Gaona, untuk mengamati datang dan
perginya bos itu. Akhirnya Gaona merasa tergoda juga oleh perilaku orang muda
ini, dan ia mengundang Onassis ke kantornya. Onassis menyampaikan tawarannya
dengan sebaik-baiknya. Gaona rupanya terkesan dan Onassis disuruh menghadap
manajer persediaannya. Dengan memanfaatkan nama Gaona, Onassis berhasil
membujuk orang itu untuk meneken kontrak pembelian tembakau seharga $10.000
dengan komisi biasa sebesar lima persen. Kelak, Onassis sering menyatakan bahwa
uang komisinya yang sebesar $500 itu merupakan batu sendi kekayaannya besar. Ia
tidak menggunakan uang itu untuk apa-apa, tetapi menabungnya di bank untuk
jaga-jaga, ibarat sedia payung sebelum hujan. Dengan sikapnya yang hemat dan
bijak, Onassis mencukupi hidupnya dengan hasil yang diperolehnya
di perusahaan telepon, dan semua uang yang tersisa disimpannya, sehingga ia
dapat terjun ke dunia bisnis tanpa meminjam uang kepada siapa pun.
Onassis
kadang-kadang terpaksa berutang sementara menunggu pembayaran dari pelanggan.
Tetapi ia jarang meminjam lebih dari $3.000 dan selalu melunasinya secepat
mungkin. Kelak, tentu saja, setelah menemukan gunanya uang Orang Lain (UOL),
suatu hal yang akan kita bicarakan nanti, Onassis akan meneken kontrak pinjaman
sampai sebesar beberapa juta dolar, dengan jadwal pengembalian sesudah beberapa
tahun. Tetapi, adalah satu prinsip utama bila orang memulai suatu bisnis adalah
mengembalikan utang secepat mungkin. Onassis membangun kepercayaan beberapa
bank kepadanya: suatu hal yang akan sangat dia butuhkan pada tahun-tahun
mendatang.
Setelah bekerja
pada giliran malam selama setahun, Onassis minta keluar dari United Telephone,
dengan menyatakan bahwa ada suatu gagasan yang akan diikutinya. Impian barunya
ialah membuat pabrik rokok. Untuk itu ia mempunyai modal $25.000 hasil
tabungannya dengan tambahan pinjaman dari bank sebanyak itu pula. Kepercayaan
bank sudah mulai tampak manfaatnya. Ia mempekerjakan 30 orang imigran Yunani.
Usahanya dengan cepat bertambah besar tetapi tidak memberikan keuntungan yang diharapkanya.
Segera Onassis menutup usahanya. Wirausahanya yang pertama gagal. Onassis tidak
kehilangan semangat. Bahkan sebaliknya. Ia bertambah gigih. Sementara itu
bisnis import tembakaunya masih tetap berjalan dengan keuntungan lumayan.
Selama musim panas
tahun 1929, pemerintah Yunani menaikkan pajak dalam beberapa bidang, termasuk
untuk tembakau. Onassis memutuskan untuk menggunakan kesempatan ini untuk
kembali ke Yunani untuk mencoba mendekati pihak yang berwenang. Mula-mula
Menteri yang bersedia menerima dia memperhatikan kukunya sendiri daripada
mendengarkan permintaan pedagang muda itu. Akhirnya ia potong kata-kata Onassis
dan tiba-tiba saja ingin menghentikan pembicaraan itu.
Onasis sangat. Ia
menjawab:
Terima kasih.
Kalau kita kapan-kapan bertemu lagi, saya harap Anda lebih tertarik akan
tawaran saya. Saya pikir Anda mempunyai banyak pekerjaan, tetapi tampaknya
kuku-kuku jari Anda sudah cukup menyibukkan. Tangan Anda rupanya lebih penting
daripada ekspor negeri kita.
Kata-kata onassis
ternyata mengena. Sang Menteri tampak terkesan, dan ia mulai berbicara secara
serius dengan Onassis. Sesudah itu, negosiasi antara Yunani dan Argentina di
buka kembali.
Akhir tahun 1922
menandai suatu keputusan besar bagi kehidupan Onassis. Kegagalan pertamanya
sebagai pemilik kapal tidak membuat ia mundur untuk tetap menanamkan uang dalam
sektor itu. Ia sudah gandrung akan perkapalan. Ia tergerak oleh keyakinan batin
bahwa kapal sajalah yang akan membawa dia ke jenjang sukses. Maka,
dikumpulkannya semua uang miliknya, yang waktu itu sudah lumayan, lalu
berangkat ke London. Ia baru berusia 26 tahun. Ia telah dikenal karena
reputasinya sebagai seorang usahawan yang berani, apalagi setelah penunjukannya
sebagai Konsul Jenderal Yunani di Buenos Aires. Namun fungsi diplomatik ini
tidaklah menyita banyak waktunya.
Pasar, yang
menderita berat akibat jatuhnya pasar modal Wall Street tahun 1929, memberikan
kesempatan baik bagi para penanam modal. Kapal-kapal menjadi murah, jauh di
bawah harga semula. Langkah paling baik adalah membeli kapal-kapal berusia 10
tahunan. Kapal sebesar sembilan ton yang semula harganya $1.000.000, kini hanya
laku dijual $20.000, kira-kira seharga sebuah Rolls-Royce. Apa yang dilakukan
Onassis selagi masih kanak-kanak kini akan terulang, tetapi barang bekasnya
adalah kapal.
Walaupun kini
bisnisnya di London. Onassis membeli kapal pertamanya, dua buah kapal tua
masing-masing seharga $20.000, di Montreal. Kedua kapal yang bernama Miller
dan Spinner, diganti namanya menjadi Onassis Socrates dan Onassis Penelope,
sebagai tanda penghormatan kepada kedua orang tuanya. Untuk mendapatkan untung
dalam bisnis perkapalan, pentinglah memperhatikan turun naiknya biaya muatan
dan membuat keputusan yang tepat. Onassis mampu dalam hal ini.
Lebih dari itu, ia
seorang optimis yang tak pernah mundur. Dengan sifat petualang dan
keberaniannya, ia segera menonjol di antara pemilik-pemilik kapal Yunani lain
yang berpangkalan di London, karena tidak seperti mereka, ia tidak mempunyai
pemikiran tentang krisis ekonomi. Mereka, ia tidak takut menanamkan uangnya.
Kegesitan dan
diplomasi bawaannya dengan cepat mengantar dia ke kalangan masyarakat kelas
tinggi. Tidak boleh dilupakan, salah satu pelicin jalan dalam kenaikannya ke
kelas elit adalah hubungan dengan salah satu wanita simpanannya yang pertama,
si cantik dari Norwegia Ingeborg Dedichen, putri seorang pemilik kapal yang
terkenal.
Sifat lain yang
memudahkan jalan Onassis adalah kemampuannya mendengarkan orang. Memang,
keluwesan dan kefasihan bicara memainkan peranan penting dalam membujuk orang
dan mendesak orang agar menerima gagasan kita serta kita sendiri. Tetapi tidak
banyaklah orang yang tahu benar cara mendengarkan orang lain. Kebanyakan orang
kaya dalam buku ini telah belajar keahlian tersebut, sehingga mereka tidak
hanya selalu mengerti apa yang diketahui oleh lawan bicaranya, tetapi juga
menyesuaikan diri dengan mereka. Demikianlah, agar mampu mempengaruhi orang dan
mendapat jaminan bahwa mereka akan menolong dalam perjalanan menuju sukses,
orang harus mulai dengan mengetahui siapakah orang yang dihadapinya. Onassis
adalah seorang pakar dalam keahlian mendengarkan. Lord Moran, yang menulis buku
The Great Onassis, mungkin karena dia sendiri tidak menggunakan keahlian ini,
tidk menyebut-nyebut kemampuan Onassis untuk mendengarkan orang lain. Padahal
semua orang yang pernah berhubungan dengan Onassis terkesan oleh kelebihan ini.
Bila mereka berhadapan dengan Onassis, ia memberikan kesan bahwa mereka adalah
manusia paling penting di dunia.
Karena kemampuan
ini, Onassis sebenarnya bisa menjadi ahli politik yang baik. Bakat ini
dimanfaatkan benar oleh Onassis, seperti disaksikan oleh si cantik dari
Norwegia dalam buku catatannya:
Lelaki muda penuh
pesona yang dapat menyesuaikan diri dengan segala keadaan ini meniru orang yang
menjadi lawan bicaranya dengan begitu sempurna. Ada sementara orang yang
menafsirkan kemahiran ini sebagai kecerdikan, orang lain menyebutnya sebagai
kemunafikan dan menganggapnya kepandaian membunglon belaka. Tetapi saya
percaya kepandaian mendengarkan adalah suatu cara khusus memberikan perhatian
tulus kepada orang lain dan seluruh dunia. Kebetulan, selama hidupnya Onassis
mempunyai rasa haus yang tak terpuaskan akan pengetahuan di samping daya
ingatnya yang kuat. Ia mempunyai daya konsentrasi yang telah sangat berkembang.
Kemampuan
mendengarkan orang lain adalah salah satu ciri khas yang vital bagi setiap
salesman yang baik. Itulah sebabnya Onassis adalah seorang salesman yang luar
biasa. Walter Saunders, yang jelas bukan seorang yang naif karena dia adalah
penasihat pajak bagi metropolitan Life, menggambarkan kesannya tentang pemilik
kapal Yunani ini:
Ada perasaan pada
diri saya bahwa orang yang penuh semangat ini mampu menjual alat pendingin
kepada orang Eskimo. Tetapi saya pun berperan bahwa setiap detail sudah
dipersiapkan secara tuntas sebelumnya. Kebanyakan orang yang bertemu dengan
Onassis merasakan pengaruh daya persuasifnya dan merasa bahwa Onassis tidak berimprovisasi
dalam langkah-langkahnya, tetapi sudah mengetahui segala sesuatu dalam berkas
catatannya sampai ke detail-detailnya.
Pada penghujung
tahun 1947, Onassis melewati ambang lain dalam kariernya yang gemilang. Untuk
pertama kali dalam hidupnya ia akan mulai secara sistematis menerapkan
prinsip yang dikenal sebagai OPM (Other People’s Money, Uang Orang Lain UOL),
dengan meminjam kepada Metropolitan Life Insurance Company sebesar $40 juta
untuk membangun kapal-kapal baru. Sebagai siasat ia menggunakan sebuah
perusahaan minyak sebagai mitra. Onassis akan mengangkut minyak mereka dan
kontraknya akan tetap berlaku sampai habisnya batas waktu utang. Karena
perusahaan minyak pada waktu itu sangat terandalkan, meminjam atas nama
perusahaan itu sangat mudah. Dalam arti tertentu, badan keuangan meminjamkan
uang kepada perusahaan minyak, bukan kepada Onassis. Onassis sering mengingat
masa itu dengan berbangga diri. Dikatakannya bahwa perusahaan minyak yang kaya
itu dalam hubungan dengan kapal-kapal Onassis adalah ibarat seorang penyewa
dengan rumah yang dihuninya dengan membayar uang sewa. Kalau yang menyewa
adalah Rockefeller, tidak menjadi soal apakah atapnya bocor atau bergenting
emas. Kalau Rockefeller menyanggupi membayar uang sewanya, siapa saja bersedia memberikan
pinjaman untuk mengurusi rumah itu. Keadaan itu berlaku pula untuk kapal-kapal
Onasssis.
Prinsip ini
sekarang lumrah sekali. Prinsip inilah dasar segala investasi pembangunan
real-estate. Bila seorang meminjam uang untuk suatu bangunan bisnis, bank sebenarnya
meminjamkan uangnya kepada penyewa bangunan itu. Merekalah yang akan
mengembalikan uangnya, terkecuali bangunan itu milik seorang penanam modal.
Prinsip ini pada zaman Onassis tergolong revolusioner, dan keorisinal gagasan
Onassis patut dipuji karena sebagian besar pemilik kapal Yunnai pada waktu itu
berpegang pada prinsip: Mau dapat kapal, bayar uang kontan.
Walaupun ia
seorang inovator sejauh ia tidak menggunakan metode-metode para pesaingnya, ia
bukanlah penemu OPM, walaupun mungkin ia menyatakan begitu. Konsep ini lahir
dari otak Daniel Ludwig, seorang usahawan Amerika yang kaya. Dia telah mulai
menanamkan uang dalam kapal armadanya bahkan jauh lebih unggul daripada milik
Onassis dan kemudian beralih ke usaha real estate. Sudah sejak tahun 1930-an
Ludwig mengembangkan apa yang kelak menjadi praktek biasa di mana-mana. Gagasan
itu muncul dalam benaknya setelah sebuah Bank menolak permintaannya untuk
meminjam uang yang akan digunakannya untuk membeli kapal dan merombaknya
menjadi kapal tangki. Onassis meninggal pada tanggal 15 Maret 1975, tapi dalam
menjelang akhir hayatnya ia minta kepada salah satu akuntannya apakah ia dapat
mengatakan besarnya keuntungan yang dimilikinya secara cepat dengan pembulatan
ke angka sepuluh dolar.